Suatu hari kantor mendapat order untuk mendatangkan talent dari sebuah perusahaan advertising untuk job pemotretan, ber-budget cukup fantastis. Berbekal referensi talent yg di request segera saja menghubungi beberapa talent yang memiliki karakter mirip sesuai permintaan.
Nah, kekonyolan dimulai, Salah seorang talent yang dikontak, menghubungi agency lain (sebut aja agency X) dan menceritakan kepada agency tersebut kalo yang bersangkutan diminta datang casting namun dia maunya pakai agency X. Tak berapa lama si agency X menghubungi saya, dengan tertawa “penuh arti” dia lantas menceritakan peristiwa itu. Dengan lagaknya dia membanggakan dirinya kalo talent tersebut udah terlanjur “cinta” sama dia dan gak mau pindah ke “lain hati”. Bahkan agency tersebut me-reply ulang undangan casting yang kantor berikan ke talent tersebut kepada saya untuk membuktikan bahwa omongan dia benar (walaupun saya tahu pasti ada tambah sana sini untuk mendramatir keadaan).
Dengan diplomatis saya menjawab, “Jika talent tersebut tidak mau datang ke casting itu menggunakan agency saya tidak apa-apa, khan saya hanya menawari kesempatan kepada dia”. Setelah peristiwa tersebut saya menghubungi beberapa orang yang berkepentingan di job itu untuk melakukan “koordinasi antisipasi”.
berhati-hati dalam komunikasi, jangan sampai kesempatan didepan mata sirna karena salah orang yang diajak ngobrol
Dari cerita diatas bisa menjadi masukan bagi talent untuk lebih hati-hati dalam berkomunikasi, salah orang yang diajak ngobrol bisa berdampak buruk bagi kepentingannya sendiri. Seperti tadi, job bernilai fantastis tiba-tiba sirna karena bertindak tidak tepat. Berprilaku fair sangat mutlak diperlukan, jika merasa tidak kenal atau tidak suka lebih baik “menghindar/menolak” daripada “bermain-main api”.
About the Author
0 komentar: